Banyak informasi yang keliru mengenai pengadilan yang meminta Apple untuk membantu FBI untuk membuka akses kode iPhone milik Syed Farook, pelaku teroris di San Bernardino, Amerika Serikat. Aksi teror pada Desember lalu, Syed Farook dan Istrinya tewas ditembak mati polisi dan menewaskan 14 orang di California. Kode iPhone milik Farook diperlukan FBI untuk mengusut kasus teroris di San Bernardino. Beberapa orang mengklaim bahwa, menyerah pada tuntutan penegakan hukum akan melumpuhkan privasi warga negara AS. Berikut adalah lima faktanya ;
1. FBI ingin Apple untuk membuat perangkat lunak yang melewati fungsi perangkat yang mengaktifkan setelah 10 passcode yang salah telah dimasukkan. Ini adalah fitur keamanan yang dirancang untuk melindungi data ketika perangkat hilang atau dicuri. FBI ingin bisa masuk semua passcode mungkin pada ponsel tertentu.
2. FBI ingin Apple untuk secara digital menandatangani dan menginstal perangkat lunak. Jika perangkat lunak tidak ditandatangani secara digital oleh Apple, iPhone tidak akan menerima update. Ini adalah elemen kunci dari kasus ini; tanpa tanda tangan digital Apple, iPhone akan tetap terkunci.
3. Perangkat lunak ini tidak meninggalkan kontrol Apple dan dapat segera dimusnahkan setelah perangkat digunakan.
4. FBI tidak meminta untuk melemahkan enkripsi.
5. FBI ingin menggunakan apa yang dikenal sebagai serangan brute force: maksudnya serangan pada sebuah sistem yang menggunakan percobaan setiap kombinasi sampai pada sandi yang benar dan membuka kunci telepon.
Diperkirakan Apple akan menolak perintah pengadilan, apabila permintaan dapat mengakses data pribadi pengguna akan membahayakan privasi dan kepercayaan pelanggan.
Post a Comment