Halloween party ideas 2015


Shoko Tendo adalah pengarang dari buku Yakuza Moon, Memoirs of a Gangster’s Daughter, Buku ini menceritakan tentang pengalaman hidupnya sebagai putri kandung seorang pemimpin Yakuza. Berwajah cantik khas Negeri Sakura, kulit porselen, hidung mancung, sikap tenang penuh keanggunan, suara lembut dalam Bahasa Jepang mengalun. Namun, ada dua hal yang tak bisa disembunyikan Shoko Tendo yang kontras dengan sikapnya : tubuhnya yang penuh tato atau irezumi dan masa lalunya yang kelam sebagai putri mantan bos yakuza kelompok Yamaguchi-gumi dan Ichiwa-kai di Osaka. Shoko Tendo menghabiskan masa remajanya dalam pergaulan dunia obat-obatan keras dan seks, juga menaungi dirinya dengan jati diri ‘Gangster kecil’. Hidupnya telah dipenuhi oleh kekerasan, kecanduan narkoba dan pernah diperkosaan.

"Saya seorang single mother, memiliki putri berusia 7 tahun. Yang membedakan dengan single mother lainnya, ayah saya adalah seorang yakuza," kata perempuan 45 tahun itu memperkenalkan diri dalam seminar pendidikan Jepang di Jakarta.

Isi dari buku Yakuza Moon sama sekali tak indah, tentang ayah yang menyenangkan dan berubah jadi pemabuk setelah keluar dari penjara, masa kecil yang pahit, kecanduan narkoba,  jadi korban pemerkosaan, dan mengalami segala kekerasan di lingkungan para gangster. Saat pembuatan buku tersebut (2004), Shoko baru berusia 32 tahun, ia mengubah hidup di sekeliling sebelum menulis biografinya, Yakuza Moon “Memoar Seorang Putri Gangster Jepang”, yang telah terjual hampir 100.000 eksemplar saat itu. Buku ini menawarkan pemandangan langka seorang wanita tentang perut kriminal Jepang, kejamnya dunia yang dikuasai oleh para yakuza muda, banyak dari mereka yang tampaknya telah mengalahkan jati diri aslinya

Berawal dari kisah masa kecilnya, karena ayahnya adalah pemimpin yakuza, ia menjadi bulan-bulanan di sekolah. Bahkan semua murid juga guru menjauhinya karena dianggap sampah masyarakat. Shoko Tendo pun lari, dengan menjadi berandalan, hostes di sebuah kelab malam, hingga menjadi simpanan pria hidung belang. Tato atau irezumi mulai tergambar di tubuhnya . Awalnya tato kecil di punggungnya, semakin lama nyaris di setiap jengkal tubuhnya dipenuhi dengan tato khas yakuza. "Di Jepang, tato  bukan sesuatu yang baik. Tapi, karena saya suka, saya mentato tubuh saya," kata dia.

Shoko menceritakan pengalaman tragisnya masa itu, ketika seorang gangster muda datang ke rumah mereka dan menyerahkan potongan jarinya kepada ayahnya (suatu penebus kesalahan dalam adat Yakuza).
“Ibuku menutup mataku, namun aku masih dapat melihat cucuran darah dari tangannya”
“Ayahku saat itu marah besar dan memukul kepala lelaki itu”
“Katanya, ‘kenapa kamu memotong jarimu? Kamu membutuhkannya untuk bekerja’,”
Dari semua kejadian yang Shoko alami telah meninggalkan bekas luka seperti patah tulang dan gigi, gendang telinga berlubang, hernia, dan hepatitis, mungkin dampak dari penggunaan narkoba juga. Operasi plastik telah membantu merekonstruksi wajahnya, namun kesehatannya sangat rawan walau dia sudah mulai pulih dari berbagai operasi yang ia jalani.

Sepanjang masa kecilnya, Tendo mendengarkan cerita-cerita romantis tentang kehormatan yakuza dan perannya dalam masyarakat. Cerita-cerita tersebut merupakan pembelaan dari ayahnya, meskipun keterlibatannya dalam prostitusi, narkoba, penipuan real estate dan bahkan pembunuhan telah diketahui Shoko.

Titik Balik

Kematian ibu yang ia cintai, menyusul sang ayah, lalu perceraian dengan suaminya, mengubah hidup Tendo dan memutuskan untuk menjadi seorang pengarang. Selain itu Tendo juga punya alasan lain. Ia ingin berbagi kisah hidupnya dan keluarga pada dunia. "Juga memberi kekuatan untuk para perempuan korban kekerasan seksual dan pecandu narkoba. Untuk bisa bangkit."


Awalnya sungguh tak mudah. Membawa draf tulisannya, ia berkeliling mencari penerbit yang mau menerbitkannya. Tak ada tanggapan. "Bahkan ada salah satu penerbit yang berkata, 'mana bisa buku ini terjual'," kata Tendo. Namun, ia tak patah semangat. Dan benar saja, novelnya yang terbit 2004 lalu terbilang laris, diterjemahkan dalam 16 bahasa asing, termasuk Indonesia, Inggris, Belanda, Italia, Rumania, Thailand. Shoko Tendo pun memantapkan diri sebagai pengarang. Tahun ini ia berencana menerbitkan novel barunya yang berkisah tentang seorang anggota yakuza yang mengabdi pada seorang ketua atau oyabun, namun akhirnya dikeluarkan, lalu bunuh diri.

Meski sibuk menulis, Tendo tak melupakan tugas utamanya sebagai seorang ibu. Tapi, "sebagai ibu, nilai saya mungkin 30," kata dia. "Saya dibesarkan lebih banyak oleh ayah saya, ada hal-hal kecil yang saya tidak tahu sebagai ibu, tapi saya tetap berusaha lebih baik," kata dia. Saya menemukan hal baru setiap hari dan menikmati waktu bersama anak saya. Anak saya menyukai matematika. Jadi kami berhitung dulu baru tidur,".

Ia gembira melihat perkembangan putrinya, pun saat mengetahui putrinya tak jadi korban bullying di sekolah karena jadi cucu bos yakuza dan punya ibu penuh tato. "Syukurlah tak ada masalah dengan pendidikan anak saya. Bahkan orangtua teman-temannya malahan ingin baca buku saya, ingin tahu lebih banyak mengenai saya karena saya ber tato seluruh badan, mendukung saya dan keluarga," jelasnya lagi.

Post a Comment

Powered by Blogger.